Permata Desa |
Ini adalah sebuah kisah
cinta seorang pemuda dengan kekasihnya, sang permata desa.
Sebuah rumah yang
dibangun dengan bahan yang lebih keras dari baja, dilapisi dengan semen yang
tidak bisa dibuat oleh mesin, dan tidak pernah dijual oleh siapapun. Kami
bangun dengan kokohnya serta mengikat antara satu sama lain. Tidak akan bisa
dihancurkan oleh panas dan dinginnya hidup. Namun, sekarang yang ada hanyalah
tinggal kenangan, dia memilih untuk pergi dan keluar dari rumah yang telah dibangun bersama dengan
kokohnya. Kini dia telah keluar dan pergi entah kemana, sementara diriku ia
tinggalkan sendiri dan terkurung dalam kegelapan, tanpa cahaya yang menyinari.
Bertemu dan bercanda
tawa di salah satu sosial media facebook adalah hal yang melatar belakangi
pertemuanku dengannya. Yang lucu dari aku dan dia karena memiliki nama yang sama, Rosi dan Rosi. Di laman
tersebut tersebut, aku chatting, tertawa dan sharing tentang apapun yang menarik
menurutku, memotivasi dan memuji terhadap hobi-hobi yang aku dan dia sukai. ‘Ku
pandangi wajahnya dari kejauahan, semakin kagum dan terpikat diriku atasnya.
Setiap status yang ia bagikan tidak pernah satupun yang terlewatkan olehku. Kemudian,
dengan perlahan benih cinta itu mulai tumbuh dalam hatiku.
Dalam setiap waktu
senggangku, tak lupa aku ambil handphoneku untuk membuka faebook hanya sekedar
mengetahui status terbaru darinya. Aku baca dan komentari statusnya, selang
beberapa menit dia membalas lagi komentaku dengan ramah, dan aku balas lagi
dengan candaan dan hal-hal lucu dengan harapan dia tertawa dan terhibur atasku.
Demikian, seterusnya seperti itu kebiasaanku dengannya dalam berhubungan. Bahkan
terkadang aku tertawa sendiri ketika membaca last pesannya. aku dan dai sudah
seperti sangat akrab dan saling mengerti satu sama lain walaupun aku berbeda
usia dengannya. aku asyik mengobrol dalam duniaku, tampa memperdulikan siapa dan
berapa orang yang telah menyaksikan ikut membaca. Tidak heran, sampai ada
dari temannya yang mengira bahwa aku dengannya memiliki hubungan yang lebih
dari teman karena beralasan saking akrabnya kami berdua.
Kebiasaan itu terus aku lakukan selama kurang lebih satu tahun. Aku selalu tampil dalam setiap
status-status yang dia publikasikan dan menjadi orang pertama yang paling rajin
menyukai dan mengomentari statusnya. Seperti biasa, dia membalas lagi dengan hal
yang lebih dariku. Hari demi hari, semakin bertambah ketertarikanku padanya.
Salah satu hal yang
menjadi ketertarikanku padanya bukan hanya kecantikan semata, tetapia
kemampuannya dalam menulis. Dia suka menulis kata-kata dan puisi-puisi indah
yang kemudian dipublikasikan di akun facebooknya. Aku sebagai pembaca setianya
terkagum atas bakatnya. Terlintas dalam benakku, “Seorang gadis kecil yang
tinggal di sebuah desa kecil yang ketinggalan akan pendidikan, tetapi bisa
menulis dengan indah seperti itu. Ini suatu hal yang langka yang harus
dikembangkan dan diperjuangkan.” Bahkan aku sendiri merasa wawasannya lebih
dari yang aku miliki. Aku menyebut dia “Sang Permata Desa”
Pada suatu waktu, aku
mencoba memberikan masukan terhadapnya untuk mengembangkan bakatnya dalam hal
kesusatraan. Aku menyarankan dia untuk membuat blog sebagai media untuk
mempulikasikan tulisannya. Tetapi akhirnya dia lebih memilih alternatif lain
yaitu mempublikasikan tulisannya di wattpad. Dan aku menyetujuinya, karena yang
terpenting dia menulis dan bisa mengembangkan bakatnya. Dari situ, karena kesibukanku
aku jarang chatting dengannya selama beberapa bulan. Setelah kembalianku, aku
melihat dia membagikan sebuah link wattpad pribadinya. Segera aku mengklik link
tersebut, stelah terbuka betapa kagetnya aku, ternyata dia sudah menulis novel menarik
untuk karya seumurannya, di novel tersebut sudah berisi beberapa bagian-bagian.
Sebulan atau beberapa
minggu sekali dia selalu rajin mengupdate novelnya. Bulan demi bulan terlewati, sampai pada akhirnya ditahun dimana hubunganku semakin dekat,
pembaca dari novelnya mencapai ribuan. Tentunya itu merupakan hal yang luar
biasa buat seorang penulis baru dan amatir seperti dia. Aku memuji atas apa
yang telah dicapainya. Aku memberinya motivasi dan saran agar bakatnya terus dilatih
dan dikembangkan. Dia dengan senang hati menerima saranku, karena aku orang
yang sudah terpatri di hatinya saat itu. Dia semakin semangat untuk
mengembangkan tulisannya.
Sejak lama aku
menunggu, akhirnya sampai pada saat dimana aku bisa mengungkapkan perasaanku
padanya. Dengan perasaan super malu aku katakan padanya kalau aku mencintainya,
bahkan aku katakan kalau aku sudah tertarik padanya sejak lama dan aku berniat
untuk menjalin hubungan yang serius dengannya, aku akan menjadi kakak sekaligus
temannya, menjadi tempatnya menyampaikan keluh kesah dan curhatannya, aku akan
menjadi teman hidupnya selamanya. Setalah kata-kata tersebut aku sampaikan,
sangat lega rasanya. Rasa yang sudah terpatri dalam hati berbulan-bulan,
akhirnya tersampaikan juga. Dengan harapan baik, aku menunggu balasan darinya.
Akhirnya pada tanggal 26 dia menerima cintaku dan siap menjadi teman hidupku
selamanya. Aku sangat bahagia mendengar jawaban itu, mimpiku akhirnya terwujud.
Hubunganku dengannya semakin
dekat, aku berbagi apa saja hal yang aku sukai dan yang tidak aku sukai,
pengalaman aneh, lucu tak luput aku ceritakan padanya. Dia menikmati atas
ceritaku dan dia bahagia bersamaku. Dia juga kadang bercerita akan
pengalamannya dan impiannya di masa depan, dengan senang aku menampung semua
yang terucap darinya. Aku memberinya motivasi jika hal itu bagus dan cocok baut
sang permataku, dan aku juga melarang jika hal tersebut tidak baik dilakukan
olehnya. aku dan dia saling mencintai dan mengerti satu sama lain.
Bulan demi bulan dilalui dengan kebahagian dan semangat, sampai pada akhirnya pada suatu hari, dia
mengucapkan hal yang sangat tidak ingin aku dengar. Dia mengatakan ingin berpisah
denganku, dengan alasan dia tidak direstui oleh pamannya berhubungan dengan
laki-laki manapun. Langsung timbul dibenakku beribu-ribu pertanyaan, hubungan
ini adalah hubungan yang baik, aku jalankan dengan mengisi hal-hal yang
bermamfaat dan membawa kebaikan padaku dan dia. Bahkan aku sangat jarang
bertemu dengannya, walaupun bertemu dia selalu meunutup wajahnya dengan selendangnya. Aku
sudah jelaskan alasan kenapa hubungan ini harus tetap dipertahankan. Tapi, dia
tetap saja enggan menerima alasanku dan
dia lebih memilih pergi dariku. Sebelum resmi berpish, dia tidak memberi
kabar padaku selama seminggu, aku bertanya-tanya kepada temannya, aku chat
facebooknya, wa, dan bbmnya tidak ada satupun yang dia balas. Aku khawatir,
kemana dan apa yang terjadi padanya. Prasangka jelek mulai muncul dibenakku,
tapi aku segera aku gantikan dengan prasangka baik terhadapnya. Setelah beberapa
hari kemudian, melaui temannya dia mengirimkan kalimat-kalimat buruk itu padaku
dan tujuannya seminggu kemarin tidak meberi kabar agar aku benci dan
melupakannya. Sungguh suatu hal yang tidak bisa diterima dan sangat menyakitkan
bagiku.
Sejak saat itu aku
terjebak dalam lingkaran yang telah aku bangun sendiri, yang tidak bisa ditembus
oleh benda apapun. Seketika itu juga, lingkaran itu berubah menjadi gelap, aku
terkurung dan tak bisa melihat apa-apa dalam lingkaran itu. Hari-hariku berubah
menjadi kesedihan, tidak mempunyai pandangan yang jelas. Ketika aku makan,
rasanya semuanya hambar dan sama sekali tidak enak. Hal itu terjadi padaku
selama beberapa hari.
Hari-hari sedih itu
pun berlalu dengan perlahan, aku mulai mencoba membersihkan kotoran-kotoran
yang menempel dan memnghalangi pada lingkaran itu. Perlahan aku bersihkan,
sampai akhirnya aku bisa melihat lagi
duniaku yang indah yang sempat menghilang. Tetapi pada kenyataannya aku masih
saja terjebak dan tidak tahu jalan keluar dari tempat itu. Berbagai cara aku
coba untuk menghancurkannya, tapi hasilnay tidak ada. Aku tetap terjebak dalam
lingkaranku. Tetapi aku sudah bersyukur karena sudah bisa melihat duniaku lagi.
Sampai detik ini, aku
masih belum bisa sepenuhnya bebas dari lingkaranku. Sesekali bayangan itu datang
dan terus datang padaku. Saat malam, saat sendiri menjadi momen yang tepat
untuk bayangan itu menghampiriku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan,
apakah aku akan terus berusaha menghancurkan lingkaran ini, atau aku menunggu
sang permata desaku datang kembali untuk memperbaiki kembali lingkaran ini?
entahlah..!!
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete